[Fan Fiction] Stay at Mother in Law’s House

stay at mother-in-law-s house

Author: Mingi Kumiko

Main cast:

  • Kim Jong In
  • Nagisa Park
  • Ibara Ryugazaki (Nagisa’s mother)
  • Park Taek Woon (Nagisa’s father)

Genre: Marriage life

Rating: PG-17

And again, this is sequel of Initially Just A Stranger 🙂

.

.

Siang hari, ketika matahari sedang aktif-aktifnya memancarkan terik. Di rumah keluarga Kim, Nagisa dan Jongin tengah bersiap-siap untuk pergi ke rumah orang tua Nagisa. Hal ini memang sudah mereka rencanakan sejak 2 hari yang lalu.

“Sudah bawa susu rasa vanilla apa belum?” tanya Jongin sembari memasukkan beberapa kaosnya ke dalam tas. “Susunya habis oppa, nanti saja kita beli. Di dekat rumahnya mama ada  toko swalayan, kok!” ujar Nagisa. “Ya sudah.”

Setelah dirasa sudah tersiapkan semuanya, Nagisa dan Jongin pun segera memasuki mobil.

Oppa,” panggil Nagisa. “Apa?” sahut Jongin. “Kaubenar akan menyetir? Oppa kan sangat buruk dalam hal ini. Kalau nanti kita tersesat bagaimana?” bilang Nagisa yang belum apa-apa sudah panik duluan.

“Kautenang saja, aku sudah hafal rute menuju rumah mama, kok!”

“Hmmm, syukurlah…Okelah, ayo segera berangkat!” seru Nagisa. Jongin pun menginjak gas, dan melaju dengan kecepatan sedang.

Dalam perjalanan, Jongin tetap sibuk menyetir, sedangkan Nagisa malah tidur dengan posisi duduk sambil memeluk boneka minions-nya.

Padahal aku ingin dia menemaniku ngobrol saat aku menyetir, tapi dia malah tidur… kecewa Jongin dalam benaknya.

Untuk menyingkirkan kebosanan, akhirnya Jongin memutuskan menghidupkan radio dan mendengarkan lagu yang diputar oleh stasiun radio yang ia pilih. Ia ikuti lagu yang mengalun dari speaker kecil yang terpasang tepat di depannya, dan terkadang pula bergerak seusai koreografi yang ia ingat. Rupa-rupanya hobi lama Jongin –yaitu menari– mulai kumat!

Apa yang Jongin lakukan tersebut tak sengaja membuat Nagisa terusik dan terbangun dari tidurnya. “Oppa…” panggil Nagisa asal seraya melakukan peregangan. “Apa?” tanya Jongin.

“Kencang sekali musiknya?”

“Kau terganggu?”

“Tidak juga sih,”

“Ya sudah. Teruskan saja tidurnya!”

“Tidak, sudah hampir sampai begini.”

“Ikut mendengarkan lagu saja!”

“Iya…”

Tak lama setelah percakapan singkat itu, mereka pun sampai di tempat tujuan, rumah orang tuanya Nagisa.

“Horreee! Sampai juga akhirnya… Kajja, oppa, segera masuk!” seru Nagisa. “Kauduluan saja, aku kan harus mengambil barang dari bagasi,” kata Jongin. “Iya juga. Ya sudah, biar aku membuatkanmu minum.” ujar Nagisa. “Oke,”

Nagisa dan Jongin telah disambut oleh Nyonya Ibara, mamanya Nagisa. “Nagisa-chan!!!” seru wanita berkulit putih susu tersebut. “Mamaaa!!!” balas Nagisa dengan seruan yang tak kalah histerisnya. Mereka memang sudah cukup lama tidak bertemu, sebulan kira-kira.

“Mana suamimu?”

“Masih mengambil barang dari bagasi. Aku buatkan dia minum untuknya dulu ya?”

“Iya, mama juga akan siapkan camilan.”

“Ini, Jongin… dimakan ya!” suruh Nyonya Ibara sembari menyuguhkan beberapa onigiri di piring yang berbentuk bulat. “Terima kasih, ma…” ucap Jongin sambil tersenyum.

“Ya! Aku juga menyiapkanmu minum, kenapa hanya mama yang oppa beri ucapan terima kasih?” kesal Nagisa yang merasa tak dihargai. “Ya ampun, begitu saja marah!” Jongin menggeleng-gelengkan kepala.

“Sudah kewajiban untuk seorang istri mengurusi suami tanpa perlu pamrih.” tutur mamanya Nagisa. “Dengar itu, sayang!” sahut Jongin sambil memamerkan senyum kemenangan. “Aish, sial!” Nagisa menunduk karena malu.

“Ya sudah, mama masih sibuk menyeterika baju. Kutinggal dulu,”

“Biar kubantu ya, ma?” tawar Nagisa. “Tidak usah, Nagisa temani Jongin saja.” tolak Nyonya Ibara. “Menemani Jongin oppa? Untuk apa?”

Eqhemmm…” Jongin berdehem dan bermaksud menyinggung Nagisa. “Tuh, Jongin minta ditemani. Ya sudah ya!” Nyonya Ibara pun meninggalkan Nagisa dan Jongin.

“Ditemani? Memangnya mau ngapain?” tanya Nagisa. “Nggak ngapa-ngapain, kok!” jawab Jongin santai.

Huff!” Nagisa sedikit kesal dengan sikap Jongin yang sedikit acuh padanya saat menyantap onigiri. Ia pun memutuskan untuk duduk pula, memandangi Jongin memakan onigiri.

Jongin yang menyadari suasana hati Nagisa sedang buruk pun seketika menoleh. “Kaumau onigiri ini?” tawar Jongin namun tak digubris sama sekali oleh Nagisa.

“Kumat, deh… Ayo, kaumau, tidak?” tanya Jongin dan langsung menyuguhkan onigiri di depan mulut Nagisa. “Aaaaaak~~” kata Jongin yang mengisyaratkan agar Nagisa membuka mulutnya. “Ayo, adikku yang manis…” bujuk Jongin. Nagisa pun tak kuat menahan tawa dan malunya. “Kau aneh-aneh saja, oppa!”

“Ayo buka mulutmu! Akan kusuapi,” kata Jongin lagi, dan akhirnya Nagisa pun membuka mulutnya kemudian menelan onigiri yang Jongin suguhkan ke mulutnya.

Setelah Nagisa menelan onigiri tersebut, Jongin pun mengusap bagian pinggir bibir Nagisa yang kotor karena onigiri.

“Kaulelah tidak?” tanya Nagisa. “Lumayan sih,” jawab Jongin. “Ayo ke kamar, kemudian istirahatlah!” ajak Nagisa. “Malu, ah!”

“Halah, ayooo!” Nagisa menarik tangan Jongin dan memaksanya untuk ikut ke kamar.

“Oke, oke… Aku akan menurutimu.”

Mereka pun masuk ke kamar Nagisa sebelum menikah dengan Jongin. “Huuuaaa… tetap seperti ini dan tak berubah sama sekali!” seru Nagisa.

“Aku baru lihat sekarang, loh!” kata Jongin. “Kamarku bagus, ‘kan?” tanya Nagisa. “Iya, banyak action figure tentang anime ya…”

“Ini belum seberapa. Coba kau lihat yang ada di lemari!”

“Memangnya ada apanya?” tanya Jongin penasaran. “Kostum dan rambut palsuku untuk ber-cosplay, hehehe…”

“Ngga tertarik!” tolak Jongin mentah-mentah.

“Ih! Ya sudah, katanya tadi capek? Tidurlah, oppa!”

“Kautidak tidur juga?” tanya Jongin.

“Hm, aku mau bermain dengan kostum-kostumku. Kalau oppa malas tidur, bisa kok lihat aku ber-cosplay. Akan kutunjukkan betapa menakjubkannya diriku ketika ber-cosplay!”

Haddeh… Kausudah cantik seperti ini, aku tidak suka kau dandan aneh-aneh!” Nagisa mencerna baik-baik perkataan suaminya barusan.

Benar kok, tadi dia bilang aku cantik! Nagisa terus saja meyakinkan dirinya sendiri.

Oppa, GYAAAAA!!!” teriak Nagisa sambil bersedia untuk melompat ke kasur dan menimpali tubuh Jongin. “Awwww!” pekik Jongin kesakitan dengan tindakan tiba-tiba Nagisa. “Kau kenapa, sih?!” herannya.

Bukannya menjawab pertanyaan tersebut, Nagisa malah asik memainkan bibir Jongin dan kemudian mengecupnya singkat. “Sudah sekitaran 2 bulan menikah, baru kali ini lho oppa memujiku cantik. Aku senang sekali!” ujar Nagisa dengan tetap pada posisi tubuhnya yang menindih Jongin yang sedang telentang.

“Lebay, deh!” cibir Jongin. “Biar saja!”

“Kauturunlah! Aku pengap,” usir Jongin dan terkesan sangat galak. “Hehe, maaf… Ya sudah, oppa tidur ya! Nanti agak sorean aku bangunkan.”

“Iya, cantik…” jawab Jongin sambil tersenyum dan membuat Nagisa tersipu malu.

***

Mentari senja membuat langit berwarna jingga dan sangat indah. Di lantai atas, Nagisa seorang diri menikmati keindahan bentang alam tersebut.

“Aku ingin sekali menikmati pemandangan yang seperti ini bersama Jongin oppa. Tapi, dianya masih tidur. Mau kubangunkan, tapi sepertinya dia kelelahan,” ucap Nagisa pelan. Namun, tiba-tiba saja ia rasakan berat pada punggung dan lehernya.

“Aku di sini, sayang…” suara yang sangat lembut itu terbisik di telinga Nagisa. Ia pun menoleh, dan telah ia dapati Jongin yang memeluknya erat dari belakang sambil memejamkan mata, terlihat ia yang sangat tenang dan menikmati hal itu.

Oppa, kausudah bangun?” tanya Nagisa, namun tak digubris oleh Jongin, ia malah mengambil posisi duduk bersebelahan dengan Nagisa. Kemudian, ia mendorong kepala Nagisa agar bersandar di bahunya. Mereka berdua mendongak, menikmati pemandangan langit senja berdua, seperti apa yang Nagisa inginkan.

.

.

“Nagisa-chan, tolong bantu mama ya?” pinta Nyonya Ibara pada anak semata wayangnya itu. “Minta tolong apa, ma?” Nagisa bertanya balik. “Tolong belikan mama bahan-bahan untuk makan malam nanti. Mama akan masak yang istimewa.”

“Benarkah? Asiiik!”

“Sekalian kaubisa jalan-jalan dengan suamimu,”

“Oke, ma…”

Ia pun menghampiri Jongin di kamar Nagisa untuk mengajaknya pergi membeli bahan makanan seperti apa yang dipesan mamanya.

Oppa… ayo jalan-jalan!”

“Ke mana?”

“Mama memintaku membeli bahan makanan. Ayo!!!”

Jongin pun berdiri dari tempat tidur untuk menghampiri Nagisa. Kemudian ia menatap Nagisa dari ujung kaki sampai kepala. “Kenapa melihatiku sampai segitunya?” tanya Nagisa yang risih dilihati seperti oleh Jongin.

“Dandananmu seperti gadis SMA saja!” cibir Jongin yang merasa gaya berpakaian Nagisa (Kaos Hello Kitty dengan celana pendek di atas lutut) tidak seperti gaya berpakaian Nagisa yang biasanya . “Imut, bukan?” sanggah Nagisa. “Terserah kau saja, lah!”

Mereka pergi dengan berjalan kaki, agar bisa menikmati pemandangan malam hari katanya. Di samping itu, mereka juga malas jika harus bertemankan macet.

Setelah selesai membeli bahan makanan pesanan Nyonya Ibara, mereka pun kembali pulang. Namun, Di tengah jalan, Nagisa mengatakan jika ia ingin sekali pergi ke alun-alun kota dekat supermarket.

“Kenapa nggak bilang dari tadi saja, sih?!” omel Jongin atas kecerobohan istrinya. “Maaf… Aku baru ingat sekarang. Ayolah, oppa! Ya, ya?” bujuk Nagisa.

“Oke, oke…” dan akhirnya Jongin pun setuju walaupun agak sedikit malas.

“WOOOAH, KERREEEENN!!!” seru Nagisa setelah sampai di alun-alun kota. “Boleh juga!” timpal Jongin sambil mengangguk-anggukkan kepalanya. “Oppa, ayo main komedi putar?” ajak Nagisa dan langsung menarik tangan Jongin.

“Haduh, kau itu bawa dua tas kresek belanjaan. Lihat-lihat saja, setelah itu pulang!” kata Jongin. “Yah, mana seru? Sekali saja,” Nagisa terus saja memaksa.

“Turuti saja keinginan pacarmu itu, nak…” tiba-tiba saja seorang wanita dengan kisaran umur sekitar empat puluh tahun menasihati Jongin. “Maaf, bu… Tapi dia ini istriku.” sahut Jongin sambil menyembunyikan sedikit kekesalannya.

“O, jadi dia istrimu? Habis, kalian imut sekali!” ujar wanita itu. “Terima kasih ^^” ucap Nagisa tersipu malu. “Ya, turuti saja apa yang istrimu mau. Selagi kalian masih bisa menghabiskan waktu berdua saja. Jika kelak punya anak, kalian akan rindu masa-masa seperti sekarang ini.” jelas wanita tersebut dan membuat Jongin terdiam sejenak untuk menelaah kata per kata.

“Dengarkan itu!” bisik Nagisa dengan nada mengejek.

“Begitu ya, Bi? Hmmm, akan kupikirkan. Terima kasih ya,” katanya.

“Jangan buat istrimu sedih! Kalau begitu, aku pergi dulu,”

“Iya, bibi… SAMPAI JUMPA!!!” ucap Nagisa sambil melambai-lambaikan tangannya dengan penuh semangat.

“Aku menang, oppa!” ucap Nagisa setelah wanita tersebut terlihat agak jauh. “Baiklah, asal kausenang… Ayo naik komedi putar!” ajak Jongin yang akhirnya mau juga menuruti Nagisa.

“Terima kasih, oppa…” ucap Nagisa sangat senang.

Setelah membeli tiket, mereka pun menaiki komedi putar itu.

“Ternyata… tidak seberapa seru, ya?” ucap Nagisa sambil melihat ke bawah, sedangkan komedi putar semakin ke atas.

“Maafkan aku ya…” ucap Jongin tiba-tiba. “Hm?” heran Nagisa dan meminta penjelasan dari ucapan Jongin barusan.

“Ya, benar…  Tidak baik jika aku terus membuatmu sedih. Walau hanya karena hal sekecil ini sekalipun.” jelas Jongin. “Santai saja… Aku tak seberapa memikirkan itu, kok!” kata Nagisa.

Jongin pun sekonyong-konyong merangkul dan memeluk istrinya, ia membenamkan wajahnya di pundak Nagisa. Yang dipeluk pun bingung harus melakukan apa. Jadilah, Nagisa hanya bisa mengelus punggung tangan Jongin yang ada di pundaknya.

“Ayo, komedi putarnya sudah di bawah,” kata Nagisa sembari mengangkat kembali tas kresek berisi bahan-bahan makanan yang dipesan mamanya.

Di jalan pulang, Nagisa dan Jongin berjalan sambil saling bergandengan tangan.

“Di sini menyenangkan ya?” celetuk Nagisa untuk memecah keheningan. “Iya. Ngomong-ngomong, papamu ke mana? Kok aku cuma lihat mama?”

“Papa pergi memancing, nanti juga pulang, kok! Semoga saja bawa ikan yang besar,”

“O, begitu… Kukira papamu sedang bekerja.”

“Nggak, lah…”

Mereka pun sampai di rumah setelah berjalan sekitar 15 menit. Sepasang suami-istri itu menuju dapur untuk memberikan bahan makanan kepada Nyonya Ibara.

“Kok kalian lama sekali, sih?” tanya Nyonya Ibara. “Main dulu ke alun-alun, ma. Hehehe, sudah lama tidak ke sana.” jawab Nagisa.

“Ada yang bisa kubantu tidak, ma?” tanya Jongin menawarkan diri.

“Bagaimana kalau bantu menata piring saja?”

“Boleh!”

“Papa ke mana, ma?” tanya Jongin sembari mengambil sendok dan garpu di rak.

“Papa baru saja datang, setelah itu dia mandi. Sebentar lagi juga ke sini. Papa senang sekali kalian datang. Dia juga menyesal kenapa tadi pagi langsung berangkat memancing,” ujar Nyonya Ibara. “Hehehe, salah kami juga kenapa datang tanpa memberi kabar. Ceritanya sih mau bikin surprise, ma!”

“Waaah, menantuku rajin sekali, ya?” tiba-tiba terdengar suara papanya Nagisa dari arah depan. “Wah, papa… hahaha, bisa saja! Aku kan cuma menata piring,” sahut Jongin mendadak GR.

Waktu makan malam yang dinantikan datang. Seisi rumah pun segera menempati tempat duduk masing-masing di hadapan meja makan.

“Sebelum kita mulai makan, papa mau tanya sama kalian berdua,” ujar Tuan Taek-woon memecah ketenangan Jongin dan Nagisa. Seketika wajah mereka berubah tegang. Menerka-nerka pertanyaan apa yang akan dilontarkan oleh Tuan Taek-woon.

“Sudah ada tanda-tandanya?”

 

JEBBREEETT!

Sudah kuduga, batin keduanya. Mereka saling melempar pandang, bertanya siapa yang harus menjawab duluan dan apa yang harus mereka jawab.

“Kami menggunakan waktu berdua dengan optimal. Nagisa sedang banyak job untuk karir fotografer dan kuliahnya. Sedangkan aku… Mama dan papa tahu sendiri lah, menjadi pegawai negeri memerlukan pengorbanan yang besar.” tukas Jongin.

“Tapi… kalian sudah pasti berusaha, ‘kan?” timpal Nyonya Ibara.

“Ooo, tentu saja!” jawab Jongin sok yes.

“Cepat berikan cucu untuk kami dan orang tuamu, Jongin!”

“Eh? Hm… O… oke…” Jongin mengiyakan dengan penuh keraguan.

Fuuuuh~ Nagisa menghembuskan nafas lega. Untung saja Jongin suaminya itu adalah seorang pembicara ulung!

Makan malam pun selesai. Atas kemauan mereka sendiri, Jongin dan Nagisa berbagi tugas untuk membereskan meja makan dan cuci piring untuk membiarkan orang tua dan mertuanya beristirahat.

“Aku suka alasan oppa tadi,” celetuk Nagisa. “Hmmm…” hanya deheman dingin itu yang menggubris ujaran Nagisa.

Baiklah, mungkin dia kelelahan. pikir Nagisa mencoba untuk memaklumi suaminya.

Setelah semua tugas selesai, mereka memasuki kamar untuk beristirahat. “Kauharus lebih giat belajar memasak pada mamamu,” oceh Jongin pada Nagisa.

“Tenang saja, dalam waktu dekat ini aku tidak akan kalah dengan Chef Juna, kok!”

“Kau ini! Ya sudah, aku tunggu di tempat tidur,”

“Oke…”

Nagisa keluar dari kamar mandi setelah berganti baju. Ia merasa sedikit canggung ketika Jongin memperhatikannya dengan mata terbelalak.

“Lingerie? Kok… tumben?” tanya Jongin.

“Mama… Sebenarnya aku, tidak mau…”

“Bukankah mamamu tahu kalau kau alergi dingin?”

“Tentu saja tahu! Tapi kan di sini hawanya agak hangat, oppa…”

“Ya sudah, kalau tidak mau pakai ya ganti baju saja.”

“Tapi kata mama, ini untuk Jongin oppa…” kata Nagisa dan tak sanggup membendung air matanya. Jadilah sekarang ia menangis di depan pintu kamar mandi.

Jongin tak mungkin membiarkan hal itu berkelanjutan, yang ada nantinya ia malah tak nyenyak tidur karena mendengar rengekan keras Nagisa.

“Iya, kalau kau tidak suka pakai pakaian itu, lepas saja… kalau besok mamamu bertanya, akan kujawab semalam lingerie-nya kau pakai,” kata Jongin, namun tak memberhentikan tangis Nagisa.

“Maumu apa sih, sayang??!” Jongin mulai geram. Sambil terisak, Nagisa pun memeluk Jongin erat-erat. “Jadi?” Jongin meminta kepastian.

“Harusnya kau tetap suruh aku memakai ini, kau tunjukkan ketertarikanmu padaku. Aku memaksakan pakai lingerie demi kau, tahu!!!” oceh Nagisa.

Salah lagi… Sabar, Kai! Sabar!

Malas membalas dengan kata-kata yang belum tentu tepat, Jongin pun langsung membopong Nagisa ke kasur. Ia menyeka air mata istrinya dan kemudian menarik selimut agar tak kedinginan.

“Kamu sexy kok, sayang… Tapi kan aku juga harus menahan diri,” celoteh Jongin.

“Kenapa begitu?” heran Nagisa.

“Apa kau mengerti alasan mengapa aku jarang sekali mengajakmu berhubungan intim?” tanya Jongin dan dibalas anggukan polos oleh Nagisa. Sambil membelai pelan rambut Nagisa yang tergerai, ia berkata, “Aku masih belum ingin punya anak. Aku masih ingin mengenalmu lebih jauh dan menghabiskan banyak waktuku bersamamu, hanya kita berdua… Seperti yang kau tahu, aku sedang jatuh cinta padamu, istriku.”

“Aku juga, tapi… Ah, sudahlah! Jangan bahas itu!”

“Hahaha, jadi kau sudang berusaha menyampaikan kode ya? Baiklah, kauingin aku melakukan apa yang orang tua kita inginkan, begitu?”

“Tidak! Aku tidak bilang begitu, kok!” elak Nagisa dan langsung membalikkan posisi tidurnya agar tak menatap mata Jongin.

Nagisa sangat menggemaskan, pikir Jongin. Dengan usil tangannya menggeladik, melingkarkan tangannya pada pinggul Nagisa untuk dipeluk. “Boleh kok kita lakukan malam ini. Bilang saja begitu, istriku yang pemalu…” bisik Jongin menggoda.

“TIDAK!” Nagisa mengelak mati-matian.

“Ya sudah,” Jongin yang tadinya bersikap ‘sangat ramah’ dengan cepat berubah menjadi acuh pada Nagisa. Ia pun membalikkan tubuhnya, tidur dengan posisi telentang, seperti kebiasaannya.

“Aaaah!!! Tuan Kim Jong In, kenapa kau selalu saja membuatku gila!!!” serangan mendadak Nagisa tiba. Ia menggoyang-goyangkan tubuh Jongin saking kesalnya.

“Apa sih salahku? Bukannya aku selalu menuruti apa saja yang kau mau dan tidak melakukan apa yang kau  tak sukai? Kurang apa lagi?” protesnya.

“Kenapa kauselalu menurut? Harusnya kau sedikit menyerang! Masa aku duluan? Peka lah sedikit!”

“Iya, sini… sini…” Jongin menarik bagian punggung istrinya agar dia terdorong dan menimpali tubuh Jongin. Ia peluk dengan erat tubuh Nagisa yang berada di atas tubuhnya.

“Kau yang menginginkan ini, aku akan menyerangmu habis-habisan, sayang! Oyasumi… Semoga kaumenikmati malam indah yang kuberikan!”

| END |

Jujur saya ngga tahu arti dari ‘menyerang habis-habisan’ itu apaan. Yang ada di otak saya malah mereka tonjok-tonjokan. *author ora nggenah*

Yadong seyadong-yadongnya!!! Salahkan Jongin, salahkan dia! Wkwkwkwk~~

32 pemikiran pada “[Fan Fiction] Stay at Mother in Law’s House

  1. Geli geli gimana gitu di perut pas baca dari chapter awal sampe sekarang *sequel ke berapa kali* daebbak .. ff author saya masukkin ke daftar ff terdaebak di buku harian saya, ya ?! Lanjut thor .. kalau bisa bikin ceritanya lagi .. ngga usah pikirin sequel2an .. asal muncul ceritanya udah beres .. ^^

    Suka

  2. Geli geli gimana gitu baca ff-nya dar chapter awal sampai sekarang *sequel keberapa kali* ff author saya tulis di ff ter-daebbak saya, ya~
    Yaa~ walau sebenarnya anti jepang tapi kalau CTW ngga apa-apa kali .. #sorry curcol
    daebak~ bikin kelanjutannya ne~ jangan pikirin sequel2 lagi .. langsung aja~
    #화이팅

    Suka

  3. Belum tau kalau sequel ff initially just a stranger itu ternyta lumayan banyak.
    Dan anehny ngga bosen bacanya._.
    Authornya memang daebak !
    Smooch <3333

    Suka

  4. Aku speechless! Nggak tau mau komen apa/? Geli aja gitu bacanya awalnya manis… Endnya parah. Aku suka karakternya nagisa.
    Next! Keep writing!!!

    Suka

  5. klo bca judulnya, aq kira d rmh ortunya nagisa ini mereka bakalan direcokin sma sgala praturan yg ortunya nagisa buat, tp trnyta fine2 z ya, mreka cm nanyin kpn nagisa jongin pya anak…
    oh ia, mian aq lupa, nagisa itu umurnya brpa ya ? keliatn bgt kekanakannya…untung jonginnya lbih dewasa jd bisa ngimbangin…
    tetap smngt ya…
    mian klo kta2 q ada yg kurng brkenan d ht lelychan… 😦

    Suka

Tinggalkan Balasan ke Lelycchi Batalkan balasan