Tears of Loneliness

Author: Mingi Kumiko

Genre: Romance, school life, sad (cieh, sad!)

Rating: T

Cast: Oh Sehun, Jung Soo Jung, etc.

Temodemo no Namida copy

 

Aku terduduk pada bangku panjang di taman yang sepi seorang diri. Mendongakkan kepalaku mengarah pada matahari yang bersinar cerah. Aku mengedip-kedipkan mataku karena cahayanya terlalu silau.

 

Kesilaun yang hampir bisa merusak mataku itu pun membuatku teringat akan suatu hal yang menyakitkan. Masa laluku yang sangat tak ingin aku ingat lagi, namun tidak bisa. Kenangan itu tak kunjung pergi. Jika saja ada toko obat yang menjual pil agar aku bisa melupakan kenangan itu, sudah pasti aku akan membelinya.

 

Oh Sehun, nama pemuda yang setiap hari melintas di pikiranku. Lelaki yang sampai sekarang tetap kucintai dan kupanggil dengan sebutan ‘matahari yang terlalu silau.’

 

Aku mendambakan Oh Sehun layaknya matahari. Sinarnya sangat berguna bagiku, aku bahagia mendapatkan sinarnya. Namun ketika ia menyembunyikan sinar yang ku dambakan itu, mendadak saja aku menangis dan putus asa.

 

 

2 tahun yang lalu…

 

Aku berlarian di bawah matahari yang bersinar terik. Bagus sekali, cuacanya panas, sudah pasti jika aku berolah raga aku akan mengeluarkan keringat yang sangat banyak. Otot perutmu akan bertambah keren dalam waktu dekat, Soojung-ah, semangat!

 

Aku berputar mengelilingi kompleks perumahan. Tak perduli dengan siapapun yang melihatiku dengan pandangan aneh dan mengejek ‘apa perempuan ini sudah gila berolah raga di siang hari?

 

Huft!

 

Aku lelah.. istirahat dulu saja, lah! Aku terduduk di bawah pohon yang besar. Kata guru SDku bila kita duduk di bawah pohon yang rindang udaranya akan jauh lebih sejuk daripada udara biasa. Ya, ku rasa beliau tidak berdusta.

 

Tiba-tiba saja aku melihat Sehun sedang berjalan santai sambil meletakkan satu tangannya di saku celana dan tangan satunya lagi membawa tali ikatan anjingnya. Bibirku mendadak melengkung ke atas, aku tersenyum cerah.

 

Aku terus saja memperhatikannya, berharap ia sadar akan pandanganku padanya. Walaupun aku tahu jika ia sadar aku akan sangat berdebar.

 

Ia semakin dekat dengan pohon rindang yang aku sandari. ‘Ayo lihat kesini!’ rutukku dalam hati. Ia melewatiku dan tetap berjalan lurus tanpa melihat bawah sedikit. Kenapa tidak menengokku? Hello.. disini ada nona Soojung yang cantik..

 

Ya! Walaupun aku asing bagimu tapi sapalah aku, kita kan teman sesekolah, kau pasti pernah melihatku. Apa kau juga tidak peka kalau ada aku yang bertingkah aneh disini. Aku bertingkah aneh untuk menarik perhatinmu, tahu’ aku menggerutu dalam hati.

 

Oh Sehun, lelaki itu. Ah, entah dengan kata apalagi aku mengutarakan obsesiku padanya. Dia keren dan sangat berkarisma di mataku. Walaupun kami belum pernah saling bicara, tapi aku sangat memperhatikannya. Jadi.. tanpa pernah bicara sekalipun aku sudah tahu tentangnya. Aku menyukainya.

 

Esoknya saat di sekolah tak sengaja aku melihatnya duduk bersandar di tangga sekolah kami sambil memasang headset di telinganya. Ia menggerak-gerakkan bibirnya seakan mengikuti lagu yang sedang ia putar. Bagaimana ini, aku kan mau lewat tangga itu. Tapi, bukannya ia tidak tahu tentang perasaanku ini? Jika aku lewat pasti ia tidak akan terasa apa-apa.

 

Kesempatan bagus, aku akan mencoba menyapanya!

 

Aku melangkah dengan sangat hati-hati, kenapa satu langkah saja terasa berat bagiku? Tidak seperti biasanya..

An.. an.. annyeong..” sapaku padanya. Aish, kenapa gagap, Soojung-ah! Setelah mendengar sapaanku ia pun melepas headsetnya dan menoleh ke arahku.

“Ya, annyeong. Siapa ya?” tanya Sehun.

“Aku Jung Soo Jung..” jawabku

“Oh, Soojung-ssi. Salam kenal..” katanya lalu tersenyum simpul dan kembali berkutat dengan headsetnya.

 

Hati ini tidak puas kalau hanya begitu, aku tanya lagi, ah!

“Sehun-ssi, kau.. kau sedang mendengarkan lagu apa?” tanyaku. Ia pun melepas headsetnya lagi lalu menoleh ke arahku.

“GG – Dancing Queen.” jawabnya. What the.. kenapa selera musiknya yang tak pernah aku pikir sebelumnya?

“Oh lagu itu, kau suka GG?”

“Ya begitulah..”

“Oh, ya sudah. Maaf menganggumu. Annyeong..”

 

Setelah kata terakhir itu terucap aku segera berdiri dan beranjak pergi dari dekat Oh Sehun. Kalau di dekatnya terus aku bisa kaku!

“Tunggu!” kata Sehun.

 

DEG!

 

Apa yang akan ia katakan? Huuuaaa.. akhirnya dia mengajakku bicara.

“Kau tahu namaku darimana? Aku kan belum pernah menyebutkan namaku.” tanyanya. Dead me! Aku harus menjawab apa sekarang?

“Eeeee.. itu, nametag! Iya, nametagmu.” jawabku sambil menunjuk nametag yang melekat di seragamnya. Pintar, jawabanmu tidak terlalu konyol, Soojung-ah!

Nametagku? Memangnya kelihatan ya? Aku kan menutupinya dengan tasku.”

“Aku kelihatan. Eeee.. bye!”

 

Daripada aku terus saja berbohong lebih baik aku mengucapkan selamat tinggal padanya dan langsung menghindar. Entahlah setelah itu Sehun mengiraku gadis macam apa. Gadis bodoh yang sok akrab, mungkin?

 

Aku bersembunyi di balik dinding tangga atas, tetap melihati tingkah pola pujaan hatiku itu. Tiba-tiba saja ia membuka tasnya dan mengeluarkan secarik amplop yang lucu disertai pita. Untuk apa kira-kira? Aku jadi penasaran.

 

Ia pun segera beranjak dari tangga dan mulai berjalan tegak. Dia mau kemana? Apa aku harus mengikutinya? Tapi aku ingin buang air kecil. Ah, mungkin Sehun ke kelas. Masalah amplop itu.. ya! Aku ingat, guru pelajaran bahasa inggris menyuruh semua muris kelas XII membuat surat sebagai tugas. Mungkin karena itu.

 

******

“Surat dari siapa lagi ini?” gumam Sunyoung saat ia menemukan sebuah surat yang ada di lacinya. Ia membolak balikkan benda berbentuk bujur sangkar itu.

“Surat?” aku mendadak menghampirinya dan mencampuri urusannya.

“Ya, sudah ketiga kalinya aku dapat dan aku tidak tahu itu dari siapa.”

“Isinya bagaimana?”

“Biasa saja, sih..”

 

Annyeong, Sunyoung-ssi..

Aura cantikmu bertambah ya dari hari ke hari 🙂

Aku heran kenapa tuhan bisa menciptakan manusia yang wajah dan suaranya sama-sama bagusnya sepertimu.

Aku menyukaimu..

(^^

 

Cih, bukannya meninggalkan nama malah meninggalkan emoticons.Tidak jelas sekali!” Sunyoung mecibir surat itu.

“Seharusnya kau senang dapat surat seperti itu.” kataku.

“Tidak juga, aku tidak terlalu suka penulis surat, aku suka pembicara lisan.”

“Ya, terserah..”

 

Amplop surat milik Sunyoung tadi kenapa mengingatkanku dengan yang di pegang Sehun? Apa surat itu benar-benar milik Sehun dan untuk Sunyoung. Aish, tidak! Amplop milik Sunyoung tidak ada pitanya, sedangkan milik Sehun ada. Pasti bukan! aku terus saja meyakinkan diriku sendiri.

 

******

 

Esoknya, aku membawa dua buah piring yang lumayan besar dan berisikan penuh dengan makanan. Ini hasil masakanku dan Josephine, lho.. Kebetulan hari ini aku ada praktek memasak, tapi karena ilmu membuat masakanku dan Josephine rendah kami ketinggalan oleh murid-murid lain. Kang Sonsaengnim (guru Kang) bilang kami harus menyerahkan hasil masakan kami kalau sudah selesai.

 

Tanganku lemas sekali, Josephine, sih, menyebalkan. Dia bilang ia harus segera ke perpustakaan untuk meminjam sebuah buku. Terpaksa aku harus membawa dua piring yang berat ini sendirian.

 

Tiba-tiba saja aku berpapasan dengan Sehun yang sedang berdiri menyandar sambil memakan snack yang dipegangnya.

Kresh..

 

Terdengar suara kripik yang Sehun gigit. Serenyah itu kah hingga bunyinya terdengar sampai sini?

 

Aku berjalan melewatinya. Kali ini berbeda, aku tak menyapanya sama sekali. Bukannya sombong atau apa, tapi jika aku menyapanya aku keburu tidak kuat membawa dua piring ini.

“Soojung-ah!” panggil Sehun padaku. Tidak salah? Ia menyapaku. Aku pun menoleh ke arahnya sekilas lalu tersenyum.

“Ya, Sehun-ah. Aku mau ke ruang guru mengumpulkan ini. Terlalu berat, aku hampir tidak kuat. Annyeong!” balasku dan buru-buru bergegas ke tempat tujuanku tadi.

 

“Hey!” tiba-tiba saja ia mencengkram pundakku, tapi tidak terlalu keras juga.

“Apa?” tanyaku.

“Sini, biar ku bawakan satunya.” jawab Sehun dan langsung menyambar salah satu dari dua piring yang ku bawa.

“Apa tidak merepotkan?”

“Tidak..”

“Terima kasih.. ”

 

Aku dan Sehun pun berjalan menuju ruang guru. Tak ku sangka Sehun sangat baik dan peka padaku. Ku kira ia akan cuek ketika melihatku melintas di depannya.

“Masakan siapa ini? Baunya benar-benar menggoda..” ucap Sehun.

“Yang kau bawa itu masakannya Josephine, yang ini punyaku. Hehehe..” jawabku.

“Di kelasmu siapa yang  paling pintar memasak?” tanya Sehun.

“Entah, tapi tadi Kang sonsaengnim memuji masakan Sunyoung terus.”

“Park Sun Young?”

“Ya, kau kenal dengannya?”

“Eh, tidak..”

 

******

Aku dan Sehun menjadi semakin dekat, hmmm.. tidak dekat hingga sampai keterlaluan, maksudku sudah tidak ada kecanggungan diantara kami untuk saling meyapa dan ngobrol.

 

Aku ingin sekali di suatu waktu ia berpikir kenapa aku memasang wajah bahagia ketika bersamanya. Aku ingin dia curiga mengenai perasaanku, aku ingin dia bertanya,

Kenapa kau begitu cerah ketika bersamaku?

Ayolah, Sehun-ah! Apa kau tak kunjung sadar ketukan dariku?

 

Hingga suatu ketika aku mendengar sebuah perbincangan yang singkat namun sangat panas untuk telingaku.

“Aku tidak ingin hidupku diatur, Sehun-ah!”

“Tapi ini kehendak orang tua kita!”

“Aku tidak ingin hidupku diatur!”

“Memangnya aku perduli?”

“Kau menyebalkan!”

“Itu sifatku dari lahir!”

 

Siapa yang bicara dengan Sehun? Seperti suara Sunyoung, tapi mereka membicarakan apa, kenapa membawa orang tua segala?

 

Perlahan-lahan aku menengok. Bagaimana ini? Kenapa susah, aku takut ketahuan!

“Hey! Soojung-ah!” sapa seseorang dan membuyarkan konsentrasiku yang akan mengintip Sehun.

“Josephine, kau mengagetkanku saja!” rutukku.

“Kau sih aneh-aneh, sedang apa di sini. Ayo ke kelas, sebentar lagi guru tersinis akan mengajar. Kalau terlambat semenit saja pasti tidak boleh ikut pelajarannya.” tutur Josephine dan langsung menarik tangaku. Menyebalkan, aku kan belum melihat perempuan misterius itu.

 

Ya sudahlah, paling-paling juga masalah yang tidak serius..

******

Keputusanku sudah bulat, aku ingin mengutarakan perasaanku pada Sehun. Hanya mengutarakan, aku tak ingin memaksanya untuk menerima cintaku. Entahlah akan bagaimana akan berakhir, yang jelas aku ingin ia mengetahuinya.

 

Aku datang ke kelasnya. Tepat sekali, kebetulan ia sedang duduk di kursi terdepan dengan ekspresi datar dan pandangan kosong.

“Sehun-ah!” panggilku. Seketika ia tebangun dari lamunannya. Ekspresi kagetnya lucu sekali.

“Soojung-ah, ada apa?” tanya Sehun.

“Aku ingin bicara denganmu sebentar saja. Bisa kah kau keluar?”

“Oke..”

 

“Mau bicara apa?” tanya Sehun setelah sampai ke tempat tujuan.

“Eeee.. aku, aku mencintaimu!” kataku mendadak. Setelah mengucapkan kalimat aneh itu aku langsung menunduk karena malu. Bodoh, Soojung-ah! Kenapa kau nekat berkata seperti itu?

“Kau mencintaiku, tidak salah?” tanya Sehun dan aku menggeleng cepat.

“Tapi maaf, lebih baik kau melupakan perasaanmu itu. Aku mohon..”

“Kenapa? Kau tak mencintaiku?”

“Bukan begitu.. Sejak pertama melihat senyummu di tangga, ada getaran aneh yang menembus relungku. Sejak saat itulah aku mulai berpikir aku telah jauh hati padamu.”

“Tapi kenapa tidak bisa?”

“Ku rasa kau sudah mendengarkan percakapanku bersama Sunyoung tentang orang tua kami yang memaksa untuk menjodohkan kami. Itu alasannya..”

“K-k-kau.. akan dijodohkan dengan Sunyoung?”

“Ya, aku tak mengiginkannya. Namun.. orang tuaku, mereka sudah merawatku hingga sebesar ini. Aku tak mungkin mengecewakan mereka, terlebih ibuku..”

 

“Lalu, apa kau yang sering mengirim surat cinta pada Sunyoung?” tanyaku sambil terus menahan air mata untuk keluar.

“Memang aku, tapi dengan kehendak ibuku..”

“Oh, begitu ya.. Selamat Sehun-ah, kau beruntung. Sunyoung gadis yang taat beribadah, baik hati, dan pandai memasak. Kau pasti bahagia jika menjalani rumah tangga dengannya kelak..”

“Tapi.. aku mohon, jangan pernah membenciku!”

For what? Aku bahagia juga, kok..” aku tersenyum, namun air mata ini mengalir setetes demi setetes.

 

Kemudian aku berjalan mundur perlahan untuk menjauh darinya, berlalu dari hadapannya, dan mencoba melupakan perasaanku padanya dengan langkah ini walaupun aku tidak yakin akan bisa. Aku berbalik arah dan membiarkan air mata keluar sesuka hati.

 

Tiba-tiba saja Sehun melingkarkan tangannya di pinggangku dari belakang.

“Aku mencintaimu..” ucapnya lembut dan mempererat dekapannya. Aku pun membalikkan badanku lalu tersenyum padanya.

“Aku juga..” jawabku.

 

Dengan cepat tangan Sehun sudah ada di pipiku tanpa aku sadari bagaimana caranya. Ia menatap wajahku yang berlinang air mata dan segera menyeka dengan ibu jarinya.

“Jangan menangis..” katanya. Setelah itu ia kembali menatap mataku, tatapan itu terlalu dalam hingga aku ikut memandangi matanya yang sangat mempesona bagiku.

 

Ia mengusap bibirku dengan ibu jarinya dan menyentuhnya lembut dengan bibirnya. Bibir kami pun bertemu. Aku terkejut dengan apa yang ia lakukan. Apa maksud dari semua ini?

 

Memang benar, kesempatan hanya sekali dalam hidup dan sisanya hanyalah keajaiban. Aku membalas ciumannya yang sangat dalam itu, ya.. aku merasa sangat dalam.

 

Hingga akhirnya ciuman itu terlepas. Dia menangis juga? Apa yang harus aku lakukan, apa aku harus menyeka air matanya agar tak berlinang sepertiku juga?

 

– Flashback End –

 

2 tahun yang indah dan menyakitkan itu sudah berlalu. Tepat di hari ini Sehun dan Sunyoung akan bertunangan.

 

Aku menangis dalam kesendirianku ini, ditemani bunga ajisai yang sepertinya sedang murung seperti keadaanku. Langit di ujung sana tengah mendung, apakah itu pertanda Sehun juga sedang bersedih? Namun ku harap itu tak terjadi, aku ingin dia bahagia.

 

Aku masuk dalam daftar tamu undangan pertunangan Sehun dan Sunyoung.

Baiklah, aku akan datang dengan menyeka air mata dan menggantinya dengan senyuman cerah.

 

Jodohku, pasti tuhan sedang mengaturnya..

 

– END –

Hallo semuanyaaahhhh!!! :3

Gue udah seminggu gak update masa? Biasa, WP error 😥 Tapi gak papa, kita harus tetap cemungudth! *kepalin tangan*

Hadoh, ini FF.. suerr endingnya maksa, itu ngapain Sehun pake cium2 Soojung segala, gak sopan! #stress.

Wokeh, deh.. makasih udah mau baca FF keren gue ini.. 🙂 🙂 🙂

Bwahaha~ 😀

20 pemikiran pada “Tears of Loneliness

    • Hah?? Eonnie nyesek baca FF ini? Ciyuss, miapa? #kagetnya alay
      Kawin lari? Emang mau ikut lomba marathon/estafet gitu?? =.=”
      Yah, Sehun kan contoh anak berbakti, jdi gak berani nglawan ortu.. xD
      Eonnie tahu knp ini ngga happy ending? Sebenerny ini requestny Mizuky, dia request angst, tapi aku kecewain dia, katanya pas dia baca ini malah ketawa krn lucu. Tau deh lucu drmnany *jiah, napa jd curhat??*
      #Mizuky bersin2 di rumah.
      Makasih eonnie udah mampir dan komentar 🙂

      Suka

  1. *bengong*
    Omaigat endingnyaaaaaaa~
    KENAPA MESTI SAD ENDING UNN? KENAPA? KENAPA? KENAPAAAAA~????KESIAN SOOJUNGNYAAAAA~~~~ #DEMO
    Idenya keren, pake alur cerita mundur ya unn? 😀
    sayang aja, ada beberapa kata yang belibet buatku, jadi rada stuck buat mahaminnya.. ah, apa diriku yang terlalu dodol ya? 😕

    Suka

    • Dedek classie,, kamu mampir lagi 🙂
      Kenapa ya kok sad? Biar si Soojung kapok! #kejem.
      Alur mundur? Terserah deh, mau maju, mundur, jalan di tempat, tegak, atau apa. *ini alur apa paskibra? :/
      Ha? Kata yg belibet, dimana dimana?? #panik. Ah, bhkan kamu yg pinter bikin bahasa belibet di prosa gak ngerti sama bahasa yg aku anggap ringan. Kamu nggak dodol, mungkin bahasaku emang menggenaskan.. ToT

      Suka

  2. Waw alurnya, aku suka alurnya sama cara author mainin pov-nya kristal huwehehe
    btw, aku masih ragu sehun beneran suka sama kristal *plak

    nice ff thor, keep writing oceey^^

    Suka

Comment Is Free of Charge (*^▽^*)